Tradisi Unik Masyarakat Aceh
yang Tidak di Temukan di Daerah Lain
Selamat
sore teman-teman semua. Kali ini saya akan memberikan sedikit informasi tentang
kebudayaan unik masyarakat Aceh yang sudah dijadikan sebagai warisan turun menurun.
Penasaran dengan informasinya? Baiklah, mari kita simak penjelasannya berikut
ini.
Tahukah
anda bahwa setiap daerah di Indonesia mempunyai kebudayaan yang khas dan unik? Begitu
juga halnya dengan provinsi Aceh. Masyarakat Aceh yang mayoritasnya muslim juga
mempunyai tradisi kebudayaan yang unik lho?. Akan tetapi, tradisi kebudayaan
tersebut sangat menjunjung tinggi nilai religius (agama) Islam, sebagaimana
Aceh yang dijuluki dengan daerah Serambi
Mekah, karena nilai keislaman masyarakat Aceh masih sangat kental. Berikut
adalah budaya-budaya unik dan khas dari beberapa daerah di Aceh.
1. Peusijuek
Dalam bahasa Aceh Peusijuk terdiri dari dua kata,
yaitu peu dan sijuek. Jika ditilik lebih lanjut, peu dalam kata peusijuk bukanlah
kata yang bisa dipisahkan karena peu di sini bermaksa sebagai awalan untuk
kata sijuek. Sijuek berarti
dingin, jadi jika digabung dengan awalan peu, artinya adalah pendingin
atau membuat sesuatu menjadi dingin. Tujuan Peusijuk sebenarnya adalah untuk memberkati sesuatu termasuk di
dalamnya mendoakan orang akan dipeusijuk. Secara makna yang lebih
luas, Peusijuk adalah sebuah prosesi yang dilakukkan pada
kegiatan-kegiatan tertentu dalam kehidupan masyarakat Aceh,
seperti Peusijuek pada kenduri perkawinan, kenduri sunatan, saat ada
seseorang yang hendak berangkat haji, peusijuek hewan kurban, peusijuek
rumah atau kendaraan baru dan berbagai upacara lainnya yang sering terjadi
dalam masyarakat Aceh.
Secara umum, biasanya Peusijuk dilakukan oleh orang-orang yang sudah agak berumur dan
dihormati biasanya disebut dengan Tengku.
Tengku adalah sebutan untuk pemuka agama. Perlengkapan peusijuek terdiri dari: talam satu buah, breuh padee (beras)
satu mangkok, bu leukat kuneng (ketan kuning) satu piring besar
bersama tumpoe (penganan berupa kue yang dibuat dari tepung dan pisang)
atau kelapa merah yang sering disebut inti u(inti kelapa), teupong
taweu (tepung yang dicampur air), on sineujuek (daun cocor bebek), on
manek mano (jenis daun-daunan), on naleung samboo (sejenis rerumputan yang
memiliki akar yang kuat), glok ie (tempat cuci tangan), dan sangee (tudung
saji).
2. Kuah
Beulangong
Beulangong atau belanga besar, adalah sebutan untuk kuali besar yang
ukuran diameternya bisa mencapai satu meter. Di dalam wadah besar itu,
dimasaklah daging kambing dengan campuran pisang atau nangka. Lalu diramu
bersama bumbu dari rempah-rempah Aceh yang khas. Kayu-kayu bakar menyala di
bawah belanga besar ini. Kuah beulangong sebenarnya hanya daging sapi atau
kambing yang dimasak dalam belanga besar, kemudian dimakan bersama-sama oleh
masyarakat.
Masyarakat di
pedesaan khususnya di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar hingga saat ini
masih melaksanakan kegiatan tersebut secara turun-temurun. Kuah
beulangong juga akan ditemui saat-saat kenduri di rumah masyarakat, baik pesta
perkawinan, syukuran, maupun saat mendoakan orang yang telah meninggal.
3.
Kenduri Blang
Kenduri
Blang atau kenduri jak u blang (kenduri sebelum menanam pagi) merupakan salah
satu adat dan budaya masyarakat sebelum turun sawah. Tradisi ini sudah ada sejak
dahulu dilakukan oleh masyarakat Aceh ketika akan turun sawah atau memasuki
masa menanam padi, yang bertujuan untuk memohon doa demi keselamatan tanaman
padi dari segala hama dan penyakit. Selain
itu, kenduri blang juga bertujuan memohon kepada Allah SWT. supaya mendapatkan
hasil panen melimpah ruah.
Lazimnya
sebelum kenduri dimakan bersama, kepala gampong memberikan petunjuk-petunjuk
yang dibolehkan atau yang menjadi larangan (pantang blang) kepada masyarakat
yang hadir. Tradisi ini sampai
sekarang masih dilakukan oleh masyarakat Bireuen, Aceh Utara, dan wilayah
lainnya di Aceh.
Nah, itulah informasi mengenai
kebudayaan unik yang di jadikan tradisi turun menurun dari masyarakat di Aceh.
Oleh karena itu, mulai sekarang cintailah kebudayaan kita sendiri jangan lebih
mengaplikasikan budaya barat agar budaya tradisi tersebut tidak hilang seiring
perkembangan zaman. Semoga informasi di atas dapat bermanfaat bagi kita semua.
Sumber
Referensi :
Rosita. (2010). Kenduri
Blang, Tradisi yang Harus Diselamatkan. Di akses
pada tanggal 10 November 2015 dari www.jkma-aceh.org
Hanafiah, Junaidi. (2015). Kuah
Beulangong, Tradisi Kebersamaan Masyarakat Aceh. Di akses pada
tanggal 10 November 2015 dari http://www.sinarharapan.co/
0 komentar:
Posting Komentar